Selasa, 22 Juni 2010

Payung

Kucuran air tak kunjung berhenti dari langit.
Setiap hari saya basah seada-adanya, karena payung saya hilang.
Setiap kota sudah saya singgahi untuk mencari payung itu.
Tapi tidak ada.
Saya putuskan untuk berbasah-basah saja karena saya hanya ingin payung itu.

Payung dimanakah kamu berada?
Saya sebentar lagi sakit parah.
Apakah kamu sudah menjadi milik orang lain dan melindunginya dari air langit?
Saya sebentar lagi mati kedinginan.


Senin, 21 Juni 2010

Halusinasi

Saya berlari menjauhi suara bising itu. Sangat nafsu berlari melewati gang demi gang, warung demi warung, jembatan demi jembatan, bukit demi bukit tanpa saya sadari saya sudah 3 tahun berlari. Tapi suara-suara itu masih mengejar saya. Saya sampai kurus kering karena terus berlari. Bujukan -bujukan dari badan yang kian lemah ini mulai memukul dan menampar saya agar berhenti dan menyerah. Tapi saya takut mendengar suara itu. Apa saya beli tiket pesawat saja? Saya pergi kemana pun masih bingung. Suara itu seperti menembus dinding baja, ear phone Ipod dan segalanya. Apa saya bikin telinga saya jadi budek saja?
Aaah sungguh gila.

*ping

hmm saya tersadar mendengar si *ping dari BB
ah kenapa sih ganggu aja, saya ini lagi menikmati halusinasi saya!!!


PERI MALAM

Kenapa saya suka malam?
Malam itu indah, bagaikan sebuah letusan kembang api yang terlihat dari pinggir danau.
Di malam hari, desir suara angin terdengar, bunyi tetesan air bagai musik ditelinga saya.
Gelapnya langit bagaikan menyapu luka dan bagaikan sebuah pintu dimensi alam lain dimana saya kabur dari diri saya sendiri.
Secangkir kopi menemani malam.
Ratusan nikotin menyelimuti darah.

Kenapa saya suka malam?
Siang hari itu bau, bagaikan gang sempit yang got-nya penuh hajat.
Di siang hari, paru-paru saya menjerit terjepit polusi, otak saya berduri melihat realita.
Teriknya matahari bagaikan menyilet kulit dan kaki terlalu malas pergi ke apotik.
Lebih baik saya tidur.
Menikmati mimpi di siang bolong.