Rabu, 16 November 2011

Namanya, Setan


Jam menunjukan pukul 15:00. Rintikan hujan mulai berhenti. Seorang lelaki berdiri memegang secangkir susu putih dan rokok. Pandangannya keluar jendela. Melihat trotoar yang basah dan lalu lalang jalan raya yang bising. Pandangan kosong dan nafas yang berat. Tak lama ia menunduk lalu menjauhi jendela. Berjalan kearah kamar mandi, membasuh wajahnya dan memperhatikan bayangannya di kaca.Lama. Seketika bel berbunyi. Ia lalu menuju pintu dan membukanya. Seorang ibu yang tersenyum padanya. Ibunya.


Uap teh mengepul di meja ruang tamu. Mereka berdua terdiam. Hanya diam dan pandangan. Jam menunjuk pada pukul 15:55. Tidak ada rintik hujan lagi. Hanya awan yang gelap. Dan mata yang saling berpandangan. Ia lalu mendekat pada ibunya. Ibunya masih cantik. Cantik sekali. Mulailah iya memegang tangan ibunya. Rasa dingin yang mengalir ke kulit ibunya. Ibunya tahu.


Menangis. Ia menangis tiba-tiba.
“Tidak apa-apa, kamu kan yang lelaki” kata Ibunya.
Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Masih menangis.
“Dulu aku kan juga di pukuli bapakmu” lanjut ibunya lagi.

“Tapi Ibu tidak mati kan?”
jawabnya.
Ruang tamu itu menjadi sangat dingin. Sayup-sayup hanya suara tangisan bayi dari kamar mulai terdengar. Seorang anak yang menjadi piatu karena ayahnya sendiri. Nama ayahnya Setan.

inna =) 16 NOVEMBER, Selatan Jakarta. Cuaca dingin sekali. Sedingin hati SETAN.



photo by: JASON LANGER. copyright.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar